Melanjutkan studi master di negeri orang, menjadi pengalaman berharga bagi Benny Sofara. Pengalaman yang tak dapat dilupakannya adalah ketika ia berkesempatan untuk mencari sepatu kulit di alun-alun Kota Deventer, Belanda. Pada saat itu, ia menaksir sebuah sepatu kulit yang rupanya made in Indonesia namun dibanderol dengan harga selangit. 

Sebagai mahasiswa yang harus hidup berhemat, membeli sepatu kulit jelas urung dilakukannya karena terlalu mahal. Tapi kejadian itu membuatnya terbesit rasa dendam untuk bisa menciptakan brand sepatu kulit yang berkualitas dan bisa dipajang di berbagai toko di negara lain.

Hal itu pula yang menuntunnya untuk menjadi seorang pengusaha sekembalinya ke Tanah Air setelah menempuh studi magister manajemen di Belanda. Mengambil nama “Blankenheim”, sebuah nama jalan di sudut Kota Deventer, Benny pun mantap untuk memulai bisnis sepatu kulit di tahun 2013 di Bandung setelah niat tersebut sempat terhenti karena kesibukannya bekerja di Kementerian.

Suatu kebetulan pula, salah seorang pelanggan Blankenheim asal Jerman mengirimkan pesan kepada Blankenheim bawah mendiang kakek buyutnya yang bernama Henry von Blankenheim juga seorang pengrajin sepatu di era 1900-an. Ia pun bangga melihat nama keluarganya diangkat menjadi sebuah brand sepatu.

 

****

Menggandeng Ammar Maulana, saudaranya, Blankenheim pun dimulai dengan meluncurkan produk sepatu kulit yang simpel dan minimalis untuk pria. Produk sepatu ini banyak terinspirasi dari gaya fashion Eropa yang cenderung simpel, minimalis, dan elegan.

Koleksi Abraham yang mengambil model chukka boots menjadi koleksi pertama yang diluncurkan. Koleksi ini mengusung desain simpel dan modern untuk menunjang penampilan pemakainya menjadi lebih keren dan terlihat maskulin.

Setiap tahunnya Blankenheim dua kali meluncurkan koleksi-koleksi sepatu kulit handmade yang benar-benar mengutamakan kualitas dan bernilai tinggi, namun dengan harga yang terjangkau. 

Menggunakan bahan baku lokal, Blankenheim ingin menjadi bagian dari bisnis lokal yang mampu memberdayakan sumber daya lokal dan dapat bersaing dengan merek asal luar negeri.

Selain memproduksi sepatu kulit dalam bentuk boots dan pantofel, Blankenheim juga mengeluarkan seri sneakers yang menjadi produk andalannya, yaitu Sneakers Gen-2 dan Sneakers Gen-3. 

Kedua sneakers ini dibuat dari material premium pull up leather, dan didukung dengan penggunaan outsole micro gel dan thermoplastic rubber yang membuat sepatu menjadi lebih ringan dan sangat nyaman dipakai seharian. 

Dirilis dengan warna-warna simpel seperti cokelat, hitam, putih, biru navy, Sneakers Gen-2 dan Sneakers Gen-3 dapat digunakan untuk menunjang penampilan casual dan semi formal. 

 

****

Malang melintang di industri sepatu, jatuh bangun telah dirasakan oleh Benny Sofara dalam berbisnis. Berbagai upaya dilakukan untuk terus memperluas bisnis seperti membuka pasar melalui ranah online dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Shoesmart, e-commerce sepatu lokal yang mewadahi berbagai brand sepatu untuk wanita, pria, dan anak-anak.

Pandemi yang menghantam Tanah Air sejak 2020 lalu juga berdampak pada Blankenheim, yang mana penjualan anjlok lebih dari lima puluh persen. Kondisi yang tidak mudah, namun antusiasme para penggemar Blankenheim, membuat Benny Sofara tidak ingin menyerah begitu saja.

Selain bermain di produk sepatu, Blankenheim juga mulai bermain di ranah B2B (Business-to-Business) dengan memproduksi corporate merchandise pada produk fesyen lain seperti tas, pouch, tote bag, gantungan kunci, dan aksesoris fesyen yang tidak terbatas pada material kulit saja.

Kehadiran Shoesmart pun dirasakan Blankenheim sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan brand awareness brand sepatu lokal yang sebenarnya memiliki kualitas mumpuni, namun gaung namanya masih belum begitu luas di masyarakat. Di samping itu, Shoesmart memberikan potensi dan peluang bagi Blankenheim untuk lebih eksis di dunia persepatuan dalam negeri.